1. VSCO, punyai bermacam filter yang kece sekali!
Program ubah photo Bookstagram yang ini sering menjadi pelarian saya bila ingin mengimplementasikan filter tambahan yang dapat buat beberapa foto kreativitas saya kelihatan lebih aesthetically pleasing. Setahu saya, tidak sedikit Bookstagrammer yang memakai VSCO karena filter yang dipunyai bagus-bagus sekali!
Saya sendiri memakai filter A6 untuk tiap photo di Bookstagram. Tidak lupa, saya pasti juga akan sesuaikan Exposure, Contrast, Adjust, dan penataan yang lain agar hasil editan photo sesuai yang saya harapkan.
Menariknya, agar filter beberapa foto Bookstagram saya betul-betul sama, saya dapat meng-copy editan filter itu ke beberapa foto yang lain. Ini salah satunya rahasia saya, dapat punyai tone photo yang seragam.
2. Snapseed, sanggup menghilangkan object secara mudah!
Selanjutnya, saya cukup kerap memakai Snapseed. Umumnya untuk atur brightness melalui program ubah photo Bookstagram yang ini sich, oke sekali.
Selanjutnya, jika kamu buka menu Tools, akan ada beberapa penataan yang dapat buat kamu lebih bebas mengutak-atik photo kamu.
Umumnya, saya memakai model Sinetron untuk menjelaskan photo yang paling gelap. Selanjutnya, saya memakai Healing untuk hapus beberapa bagian yang kurang penting dalam photo. Misalkan, hilangkan bayang-bayang pada tembok.
Snapseed sendiri mempunyai beragam filter yang dapat kamu terapkan. Tetapi, saya individu sich kurang, sukai . Maka, program yang ini memang lebih dihandalkan untuk penataan brightness dan detil pada object.
3. Photoshop, tempatnya kamu berkreatifitas dengan photo
Biasanya, saya memotret buku dalam ruangan hingga pencahayannya tidak bagus-bagus sekali. Maka dari itu, untuk beberapa foto yang perlu editan mayor, saya selalu memercayakan Photoshop.
Sebetulnya, saya dapat memakai software ini karena belajar otodidak semenjak SMA . Maka, dikit demi sedikit cukup tahu masalah pengoreksian. Tinggal dipertajam saja segi kreasinya.
Umumnya, saya memakai Photoshop untuk hilangkan beberapa bagian kurang penting yang mana sisi itu tidak dapat dihapus cukup dengan memakai Snapseed. Di lain sisi, Photoshop kerap saya pakai untuk menambahkan komponen-komponen inovatif, menukar latar belakang, dan lain-lain.
Oh iya, saya memakai Photoshop di PC ya, tidak di HP. Memang, prosesnya menjadi lebih repot, masalahnya perlu mengalihkan beberapa foto ke netbook dahulu, baru kelak dipindah kembali ke HP untuk di-upload ke Bookstagram. But, I really santai the process! Apa lagi jika hasilnya bagus. Hehehe. 😀
4. Canva
Nih, buat yang ingin tahu saya kerap ubah Insta Story gunakan program apa, jawabnya ialah Canva. Canva punyai sangat banyak template dengan beragam jenis ukuran dan design.
Bahkan juga, pemakai bisa juga buat Facebook header, poster, kartu nama, atau bermacam design yang lain cukup dengan memakai program ini. Rasanya tuch kayak… orang yang tidak dapat design jadi dapat ngedesain dalam waktu cepat. Kece tidak, tuch? 😆
Hal menarik yang lain, kamu bisa juga memakai Canva melalui PC/Netbook hingga membuat desain suatu hal juga menjadi lebih efisien. Rasanya, tidak ada dech argumen kebingungan ingin buat content apa. Canva is really helpful!
5. PhotoGrid, lebih inovatif dengan penyatuan video dan foto
Buat kamu yang aktif di Insta Stories, yok buat beberapa konten inovatif memakai PhotoGrid. Program ubah photo Bookstagram yang ini umumnya saya pakai untuk lakukan peng-crop-an atau mengganti rasio photo jadi ukuran 9:16 . Maka, ukuran betul-betul cocok dengan Insta Story.
Di lain sisi, PhotoGrid saya pakai untuk menyatukan video dan foto pada sebuah gambar . Maka, untuk kamu yang ingin tahu bagaimana dapat saya berisi video dan foto berbentuk collage, PhotoGrid jawabnya.
Jika dipikirkan, saya memang type Bookstagrammer yang condong ingin rapi jika mempublikasikan suatu hal di Insta Stories. Karena itu, terkadang tidak permasalahan jika wajib melakukan usaha lebih untuk content yang lebih berkualitas. Hehehe. 😀